Senin, 25 Maret 2024

Amituofo atau Amithofo atau Emithuofo?



Dikutip dari grup FB Mudita Center 喜来寺, posting tgl 16-Jul-2013

Amithofo atau Emithuofo?

Namo Sakyamuni Buddhaya
Namo Amitabha Tathagataya

Tanya:
Amithofo sami, saya ingin bertanya, bagaimana pendapat sami mengenai artikel yang menyatakan bahwa pelafalan Amithofo atau Amitabha berdasar ejaan bahasa Indonesia adalah suatu kesalahan, harusnya dibaca "E", bukan "A" ?

Jawab:
Salam hangat sahabat,

Penulis tentu merupakan seorang terpelajar dan peduli pada perkembangan dan kesejahteraan umat Buddha. Bila tidak, tentu ia tidak akan berlelah mencari dan mengetik informasi yang sedemikian detilnya.

Dapat kita katakan tidak ada kesalahan signifikan dalam penyampaian beliau, selain pada metode penyampaian yang mungkin, kembali lagi, karena semata-mata tidak diketahui akibatnya, telah menyebabkan buah karma buruk yang cukup beratlah yang tertuai.

Mengapa?
Buddha bukanlah manusia atau makhluk, melainkan pelampauan makhluk, sehingga, "Ia" bukanlah seorang guru bahasa yang kaku, walau bukan berarti bisa sekenanya saja. Banyak yang tetap terlahir ke Sukhavati walaupun membaca Amitabha atau Amithofo atau bahkan Amitofo, atau Amitohut, atau Amida butsu.

Mengapa?
Karena esensi dari nama seorang Buddha, adalah pada perenungan kualitas baik dari Buddha tersebut (Buddhanussati), namaNya hanyalah sebatas "pengantar" kita agar dapat senantiasa mengingat dan merenungkan kualitas2Nya, membantu kita melarutkan kualitas-kualitasNya dalam kehidupan kita dengan terus melafalkan namaNya seiring beraktivitas.

Nama Buddha bukanlah Mantra, Mantra, menekankan pada bunyi, nama Buddha menekankan pada makna dan arti yang mendalam. Sehingga, Amitabha, dapat juga dibaca sebagai Wuliang Shou Fo, Buddha Usia Tanpa Batas, atau Buddha Cahaya Tanpa Batas. Hanya saja karena alasan kesederhanaan, kita tetap menggunakan 4 suku kata, Amitabha atau Amithofo.
Tentu saja, karenanya tidak ada masalah berlebihan dari perbedaan cara pengucapan, yang penting adalah tingkat ketulusan dan kemurnian niat.

Dengan memahami ini, adalah tidak perlu muncul sedikitpun kebingungan dan keraguan pada sahabat seDharma yang telah melafalkan Amitohut, atau Amitofo sehari-hari.

Adalah benar bahwa artikel tersebut mungkin ditulis seorang yang cukup berpendidikan atau pintar, diukur secara pengetahuan duniawi yang baru berusia kurang dari 10.000 tahun. Namun, esensi Buddha Dharma yang telah berusia berkalpa-kalpa (1 kalpa kurang lebih 10^140 tahun), tidak mampu terwakilkan dengan baik dalam tulisan yang hanya dilihat dari sudut pandang kebenaran tekstual semata.

Sehingga, bila ditanya, sami hanya bisa menyatakan, tidak masalah Amithofo, Emithofo, Amithuofo, Emithuofo, Amitabha, Amida Buddha, Amita Buddha, Emitabha, Emida Buddha, Emita Buddha, Amitofut, Amithohut, yang anda baca, selama pikiran adalah ditekadkan pada keagungan dan 48 Maha Ikrar Buddha di Sukhavati, tidak ada masalah.

Intinya, yang mampu menghalangi kita untuk terlahir di Sukhavati, di hadapan Buddha Amitabha, adalah keraguan dan karma buruk. Bukan lafal "A" atau "E". Asalkan tulus, lafal Amitofo pun akan mengantar kita pada pencapaian Sukhavati setelah maupun dalam kehidupan ini juga.

Sekali lagi, sahabat, penulis dan penyebar informasi sama sekali tidak menyampaikan hal yang salah, mereka menyampaikan hal yang benar walaupun patut dikasihani telah tanpa sadar menyebabkan karma buruk yang berat dari apa yang telah dilakukan.

Mengapa?
Karena salah satu dari tiga penyebab perbuatan buruk (lobha, dosa, moha) adalah moha, ketidaktahuan, yang merujuk pada tidak dimilikinya pengetahuan yang menyeluruh, namun menyatakan hal yang tidak menyeluruh tersebut seolah menyeluruh.

Dari penyampaian seperti itu, tanpa sadar penulis blog ini dan penyebar informasi telah menyebabkan keraguan muncul dengan signifikan di kalangan umat yang selama ini nianfo, melafalkan nama Buddha Amitabha dengan keyakinan yang dilandasi rasa hormat dan ketulusan. Sebenarnya, dalam pertanyaan ini sudah beberapa hari, karena semakin banyak yang bertanya (umat galau karena merasa apa yang dilakukan selama ini percuma), akhirnya sami diarahkan untuk segera mencoba menyampaikan pendapat yang berdasarkan esensi Buddha Dharma.

Intinya, yang mampu menghalangi kita untuk terlahir di Sukhavati, di hadapan Buddha Amitabha, adalah keraguan dan karma buruk. Bukan lafal "A" atau "E". Asalkan tulus, lafal Amitofo pun akan mengantar kita pada pencapaian Sukhavati setelah maupun dalam kehidupan ini juga. Karma buruk luar biasa terhasilkan dari sang penyampai informasi yang belum mampu mengemas informasi yang menurutnya baik, dengan cara yang baik pula. Seperti memberi bayi yang baru lahir makan kacang, dapat menyebabkan kematiannya, demikian pula, penyampai informasi ini telah menyampaikan informasi yang tidak dikemas dengan baik, sehingga menimbulkan keraguan pada praktisi nianfo, yang mana berarti menambah HALANGAN langsung pada mereka untuk mencapai Sukhavati.

Sami tentu tidak berkepentingan selain semakin banyak makhluk (bukan hanya manusia) yang dapat terbebas dari samsara, sehingga, hanya ingin membantu menyadarkan akibat karma buruk yang mungkin tanpa tersadar telah terlakukan penulis, sehingga, dengan segera menyadari, mempertobatkan, dan memperbaiki metode penyampaian, semoga ia dapat terhindar dari tiga alam sengsara dan mencapai kebahagiaan sejati.

Seperti halnya, pernah ada kasus yang jauh lebih "parah" bila dinilai menurut sudut pandang penulis artikel tersebut, yang terjadi di China

Seorang ibu tua yang setelah membaca manfaat mantram Om Mani Padme Hum (嗡嘛尼叭彌吽), iapun mulai membaca mantram Avalokitesvara Bodhisattva tersebut setiap harinya, di depan altar, ia selalu menyiapkan dua gelas yang salah satunya berisi kacang untuk membantunya berhitung. Namun, karena keterbatas pemahaman karakter mandarinnya, ia salah menerjemahkan bunyi dari aksara terakhir: 吽.

Karena Aksara Hum, dalam bahasa mandarin terdiri dari aksara mulut (kou: 口) dan sapi (Niu: 牛), sehingga sang nenek pun salah paham, dan dengan tulus membaca berulang-ulang Om Mani Padme Niu sembari berkonsentrasi pada Avalokitesvara Bodhisattva.

Setelah 20 tahun berlatih dengan ketulusan, setiap ia membaca Om Mani Padme Niu, kacangnya sudah melompat sendiri ke gelas berikutnya, untuk membantunya menghitung., ini semata-mata terjadi karena daya konsentrasinya. Hingga suatu hari, seorang bhiksu muda (kasus ini mirip, dimana yang menyebabkan kebenaran tersalahkan karena penyampaian, adalah anak muda yang belum berpengalaman) tanpa sengaja melewati rumahnya, dan ketika mendengar ada yang membaca Om Mani Padme Niu, tentu saja ia sangat kaget, dan segera mengetuk pintu sang nenek.

Ia menyatakan: “Nek, tahukah engkau bahwa anda sudah melakukan kesalahan fatal? Engkau telah salah membaca mantram welas asih dari Avalokitesvara Bodhisattva, ini dapat berakibat terjatuh ke neraka! Yang benar adalah Om Mani Padme Hum!”

Mendengar ini, sang nenek pun sangat ketakutan dan sedih, dan mulai mengganti mantram yang ia baca menjadi Om Mani Padme Hum, namun kacang2nya tidak bergerak sedikitpun.

Mengapa? Karena ketakutan, kesedihannya dan rasa bahwa yang selama ini dibaca adalah percuma karena salah, telah mencemari pikiran murninya, sehingga kekuatan mantra yang berasal dari hati polosnya hilang.

Ketika bhiksu muda ini pulang, ia menceritakan kasus ini pada sang guru dan tanpa banyak bicara, sang guru menampar wajahnya dan berkata: “Engkaulah yang akan terjatuh ke neraka, bagaimana dapat engkau dengan tanpa welas asih, menghancurkan semangat seorang nenek yang tulus berlatih? Buddha tidak mengajarkan kerahasiaan, mantram yang diajarkan, semata-mata adalah untuk membantu mengarahkan batin pada kebaikan. Om Mani Padme Niu, karena dibacakannya dengan pikiran terpusat pada Avalokitesvara Bodhisattva, telah berhasil membimbingnya pada Samadhi. Namun, pernyataanmu yang seolah benar, telah menyeretnya jatuh dalam penyesalan dan kesedihan.”

Sang bhiksu muda pun segera menuju kediaman sang nenek, memohon maaf dan menyatakan tidak apa-apa untuk melatih seperti terdahulu. Sang nenek sangat bergembira, begitu ia berkonsentrasi seperti biasanya, kacang kembali melompat..

Hm, terakhir, bila bahasa sangat mempengaruhi, maka kata Amithofo sudah salah dari dulu, walaupun dibaca Emithuofo, mengapa? Karena kata Amita”bha”, diterjemahkan menjadi Amito”fo”, “Bha” dan “Fo” bunyinya jauh tidak?

Kemudian, bila dikatakan “Fo” itu terjemahan dari “Buddha”, jauh tidak bunyinya? Jadi, tidak ada masalah berlebihan tentang perbedaan bunyi yang didasari rasa hormat yang tulus.

Semoga senantiasa berbahagia sehingga dapat selalu menebarkan bibit kebahagiaan pada semua makhluk,

Amithofo.
🙏
Salam Mudita

Makna dan Manfaat Menjapa Amituofo

 

Apa arti dari “Amituofo”?
問:「阿彌陀佛」的意義為何?(三十二問)
Master Chin Kung menjawab:
Amituofo berarti memuji orang agar berumur panjang, mendapatkan cahaya terang tanpa batas dan kebijaksanaan tiada terhingga,
sepatah kata “Amituofo” mencakup doa tiada batas.
Ketika kita sedang menjapa nama Buddha, ada dua macam pahala yang sangat penting, ada dua macam pahala menjapa nama Buddha,
adalah (1) mengumpulkan bekal Anda sendiri, mengumpulkan berkah Anda, mengumpulkan bekal terlahir di alam suci; kedua (2) adalah sepenuh hati dan tidak galau (=konsentrasi, fikiran terfokus). Ketika Anda sepenuh hati dan tidak galau, cita-cita Anda akan tercapai. Buddha pernah bersabda, jika pikiran bisa terfokus, konsentrasi, tidak ada yang tidak terlaksana. Setiap orang dalam proses melatih diri, harus konsentrasi, sepenuh hati dan tidak galau, sangat terfokus, dengan demikian, dapat terlahir di alam suci. Jika hati Anda kacau balau, ketika meninggal dunia, berpikir ke mana-mana, seketika memikirkan hal yang sangat rumit, tidak mampu membuka simpul tersebut, anda pun tidak mampu memutuskan bermacam-macam karma duniawi dan gagal terlahir di alam suci Buddhaloka. Oleh karena itu, dua hal yang penting yang harus kita ingat, * kita mesti japa nama Buddha, japa Namo Amituofo, kemudian * japa pendamping-Nya “Namo Kwan Im Pusat , * Namo Tasece Pusat.” Boleh menjapa 3 kali, lalu namaskara 3 kali, menjapa dan bernamaskara dengan sangat tulus, bahkan harus sepenuh hati dan tidak galau, ini adalah poin penting dari menjapa nama Buddha. Kelak di dalam buku saya akan menulis tentang Dharma Sukhavati, mengajari Anda metode japa nama Buddha. Setelah metode menjapa nama Buddha ini ditulis, kalian jalankan metode ini, manula juga boleh menekuninya. Saat muda, Anda harus banyak mendengarkan Dharma! Saat usia setengah baya, harus mendalami satu metode; saat usia lanjut, memohon dapat terlahir di Buddhaloka, ini paling penting, juga merupakan ajaran dari pendahulu kita, ini baru bisa sepenuh hati dan tidak galau.
Kita melatih diri, ada pada pangan, sandang, papan, transportasi, pendidikan, hiburan, termasuk pendidikan dan kebahagiaan, semua dilakukan atas dasar yidam, Anda pun tidak melanggar Sila. Pangan adalah persembahan, penyeberangan; sandang adalah perisai perlindungan diri; papan adalah simabandhana; berjalan adalah sambil dengan tekun japa nama Buddha, japa mantra; pendidikan, saat bersekolah, juga visualisasi yidam di tengah angkasa, di antara berbagai cara mendengar, juga visualisasi yidam bersama dengan Anda; lagi senang, saat paling bahagia, juga jangan melupakan yidam, ini barulah melatih diri yang sesungguhnya. Hari ini, sekian tentang Amitabha.

Minggu, 03 Desember 2023

MENGUNJUNGI ALAM SUKHAVATI BERSAMA MAHASTAMAPRAPTA BODHISATTVA



Tahun 2012.

Beberapa bulan ini aku merasa perkembangan pembinaan diriku seakan berjalan ditempat, aku merasakan demikian karena aku seperti tidak mengalami apa-apa dan tidaklah secepat pencapaian sebelumnya. Mungkin ini karena kesalahanku, sekarang ini terlalu banyak pertimbangan setiap mendapatkan petunjuk dan arahan dari alam semesta. Terlebih ada sedikit kekecewaan tersembunyi atas beberapa kejadian yang kualami.

Hal itu membuat aku kurang bersemangat dalam berbhavana belakangan ini, walaupun kegiatan vihara tetap berjalan dengan baik, tapi aku tidak lagi merasakan adanya pengalaman-pengalaman baru yang berkesan mendalam, ataupun mengalami terbukanya rahasia langit seperti dulu.

Entahlah, mungkin karena belakangan ini aku selalu mengabaikan alam semesta atau mungkin mulai timbul tinggi hati dan kesombongan dalam diriku. Rasanya aku tidak berminat untuk bertemu orang lain dan banyak bicara panjang lebar serta enggan untuk melakukan sesuatu membantu orang lain. Tanpa sadar aku lupa pada misi dan ikrarku sendiri dan mulai berjalan kearah dan tujuan yang berbeda dengan Buddha- Bodhisattva.

Aku telah menutupi hatiku sendiri, malas untuk membina diri dan memecahkan masalah orang lain, karena aku merasa apa yang aku lakukan tidak dihargai oleh mereka. Kadang aku berpikir, aku harus membuat mereka sulit bertemu denganku dan sulit untuk mendapatkan petunjuk dariku agar mereka lebih menghargai Dharma.

Ternyata sikapku ini menimbulkan kekotoran batin. Aku mulai memikirkan kesenangan dan kenyamanan diriku sendiri.

Hari ini aku bertukar pikiran dengan suami, dia banyak memberikan masukan positif. Katanya dulu aku selalu mengikuti petunjuknya, tapi belakangan ini aku jarang bisa menerima masukannya. Mungkin ini yang dinamakan bahwa, “Seseorang disaat awal membina diri, masih polos dan bisa menampung bimbingan dan menjalankan setiap petunjuk. Tapi disaat sudah berada diatas tingkatan tertentu, dia sudah mulai tidak bisa menerima masukan lagi dan lebih banyak bertindak dengan pikirannya sendiri, tanpa memohon petunjuk alam semesta.”

Mungkin ini ujian yang harus aku lewati untuk bisa menumbuhkan sikap metta, karuna, mudita dan upeksa pada orang lain.

Sore ini aku kembali mencoba menjalani kembali saran suami untuk menjernihkan hati dan pikiran, mulai membuka hati dan melepaskan segala kekecewaan yang telah berlalu, agar bisa kembali menyatu dengan alam semesta. Aku akui, intensitas meditasiku telah berkurang dibanding sebelumnya.

Karena itu, aku kembali membuktikan apakah aku benar-benar mampu untuk pergi ke alam lain dan alam semesta benar-benar bereaksi padaku.

Ternyata memang bisa dan ada reaksi dari alam semesta. Ternyata aku meragukan diriku sendiri. Aku menjapa Mantera Hati Mahastamaprapta 108x, tidak lama kemudian Beliau hadir, dalam meditasi aku mulai merasakan ketenangan dan dengan cepat sinar terang tampak dalam pandangan mataku yang terpejam. Chi mulai naik ke cakra dahi, cakra dahiku tertekan beberapa saat lalu chi naik ke cakra mahkota, membuka ubun-ubun kepala seperti kelopak bunga teratai mekar, dengan sekali hentakan rohku meloncat keluar dan melesat naik, mendampingi dan mengikuti Mahastamaprapta terbang ke langit.

Kami sampai dipelataran Alam Sukhavati, Beliau memberitahukan hal itu kalau aku sudah tahu tempat ini. Aku memang sudah beberapa kali kepelataran Alam Sukhavati ini, yaitu saat pertama kalinya mengetahui jati diri, saat mengantar roh ayah mertua dll.

Mahastamaprapta berkata: “Desi, ini adalah pelataran Alam Sukhavati, terdiri dari hamparan rumput halus dan hijau, yang ditumbuhi pohon-pohon berkah dan dihuni binatang-binatang terbang yang berbulu indah dan binatang berkaki empat yang anggun dan berkarisma. Ada burung berkepala dua dan tiga, merak, cendrawasi berekor merah, kijang berkepala indah dll. Dipelataran ini, biasanya roh-roh yang baru tiba di Alam Sukhavati akan melalui tempat ini, roh manusia yang saat di dunia meninggal tua dan sakit, saat menginjak pelataran ini mereka akan menjadi muda kembali dan sehat, dan tempat ini adalah tempat para Bodhisattva dan Dewa-Dewi berkumpul untuk bertemu dan bercengkrama. Kau pasti sudah mengetahuinya bukan? Saat ini Aku khusus mengajakmu melihat-lihat Alam Sukhavati.”

Kami masuk kebagian dalam, ternyata sangat indah, semua yang tersebut dalam Sutra Buddha Amitabha mengenai Alam Sukhavati ada disini, tempat yang berlapis Lazuardi, Mutu Manikam dan lain sebagainya.

“Ayo kita ke Alam Sukhavati tingkat pertama?!!” Mahastamaprapta mengajakku, aku mengikuti Beliau pergi dan rasanya memang seperti naik 1 tingkat ke atas. Terlihat agak kejauhan kawasan indah yang terdiri dari banyak rumah-rumah yang dilapisi kabut putih tipis seperti Alam Kahyangan.

Aku tidak masuk ke dalam kawasan rumah-rumah itu dan hanya mendampingi Mahastamaprapta dari kejauhan, situasinya sama seperti waktu Mahaguru mengajakku ke Nirwana dan Neraka.

Mahastamaprapta berkata: “Ini adalah tingkat ke-1. Roh yang terlahir di tempat ini adalah mereka yang menjalani hidup dengan baik, masa hidup 10 kalpa atau 10.000 tahun Alam Manusia, mereka saat di dunia melakukan 10 perbuatan baik, yaitu : melihat, mendengar, berbicara, memegang, berjalan, usaha, berbuat, berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang baik. Dari tingkat 1 sampai tingkat 5 sama adanya, biasanya orang awam dan tidak melatih diri semasa hidup.”

Lalu kami naik ke tingkat ke-6, kawasan rumah lebih besar dari sebelumnya dan lebih indah.

Mahastamaprapta berkata lagi: “Roh yang terlahir di tingkat 6 sampai tingkat 10. Adalah semasa hidup mereka mulai berbuat satu atau dua kebajikan untuk orang  lain. Roh yang terlahir di tingkat 11 sampai tingkat 20, adalah yang semasa hidup mereka mulai berbuat kebajikan untuk orang banyak dan melatih diri membaca mantera dan sutra. Roh yang terlahir di tingkat 21 sampai tingkat ke 27, adalah semasa hidup banyak berbuat kebajikan besar untuk orang banyak, melatih diri membaca mantera dan sutra dan melatih meditasi. Yang terlahir di tingkat ini tidak akan tumimbal lahir kembali karena sudah sama dengan Bodhisattva dan baru akan terlahir kembali jika mereka ingin mencapai tingkat lebih tinggi atau memiliki misi/ikrar agung. 

Alam Sukhavati adalah Surga Buddha Amitabha atas ikrar agungNya, Beliau tinggal di Surga ini, sedangkan Aku dan Dewi Kwan Im walaupun kami pendamping utama Buddha Amitabha, tapi kami tidak tinggal di Alam ini. Dewi Kwan Im berada di AlamNya yang bernama Alam Bambu Putih, dan Aku Mahastamaprapta di Alam Lotus Hijau. Hanya kadang kami berada di Alam Sukhavati ini. Kami bertiga mempunyai misi dan ikrar yang sama, yaitu menggunakan welas asih dan cinta kasih untuk menolong semua makhluk terlepas dari penderitaan dan bisa terlahir di Alam Sukhavati.

Jika ada orang yang menyebut nama kami di saat menjelang ajal menjemputnya, dan bertobat atas segala kesalahan dan dosa yang diperbuat sebelumnya, maka Kami akan datang menjemput orang tersebut untuk terlahir di Alam Sukhavati. Tapi menyebut nama kami tidaklah semudah apa yang dipikirkan manusia, karena menyebut nama kami haruslah keluar dari hati yang tulus. Banyak manusia yang di akhir ajalnya susah menyebut nama kami, karena ada ego dan ketidakpercayaan mereka, sehingga mereka tidak kami jemput untuk terlahir ke Alam Sukhavati dan harus masuk ke neraka dan ke alam menderita lainnya. Dewi Kwan Im dan Aku adalah pendamping Buddha Amitabha, karena Buddha Amitabha adalah Yidam kami, Dewi Kwan Im melambangkan cinta kasih/welas asih, aku melambangkan kebijaksanaan dan kekuatan. Bunga lotus yang aku pegang melambangkan hal itu, yaitu keindahan dan kekuatan perlindungan dari segala gangguan. Sama seperti Bodhisattva Manjusri dan Bodhisattva Samanthabadra yang mendampingi Buddha Sakyamuni sebagai Yidam mereka, Bodhisattva Manjusri melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan dan Bodhisattva Samanthabadra melambangkan keindahan dan cinta kasih serta hormat kepada para Buddha.”

“Kolam teratai kembar, kau sudah pernah mendatanginya, jadi aku tidak  mengajakmu kesana lagi. Kolam teratai kembar berada di tingkat ke-28 (tingkat tertinggi), merupakan tempat tinggal Padmakumara dan tempat lahir para Kumara. Anak Kumara yang lahir dari bunga teratai di kolam teratai kembar adalah berasal dari manusia yang melatih diri di tingkat Biksu yang membina diri dengan baik, jadi bayi Kumara masih polos dan suci, tiada karma baik ataupun karma buruk. Bayi Kumara bisa tumbuh besar di Alam Sukhavati dan tidak tumimbal lahir lagi, tapi bayi Kumara bisa turun ke dunia lagi, ini semua karena hukum sebab akibat, adanya permohonan manusia yang memohon berkah anak dan adanya permintaan atau ikrar bayi Kumara tersebut saat menjadi Biksu untuk membina diri dan mencapai tingkat tertinggi/ke-Buddha-an. Semua berdasarkan karma jodoh antara orang tua dan bayi Kumara itu sendiri, semua ada sebab akibatnya, tapi ini adalah sebab akibat yang baik.”

Bodhisattva Mahastamaprapta menjelaskan kepadaku banyak hal, membuat aku sedikit banyak mengerti sesuatu yang tidak di ketahui orang lain pada umumnya. Bodhisattva Mahastamaprapta mengajak dan menjelaskanku sampai disini dan meminta aku untuk kembali, karena ini pertama kalinya kau kembali pergi ke Alam lain. Besok dan selanjutnya Beliau berkenan untuk menemaniku melihat-lihat Alam Sukhavati lagi dan menjelaskan tempat-tempat lainnya di Alam Sukhavati.

Ternyata memang aku masih bisa pergi ke Alam lain, sesungguhnya aku yang tidak mau saja melakukannya, karena kelebihan dan berkah yang telah diberikan Kaisar Langit  dan Buddha-Bodhisattva tetap masih ada dalam diriku dan tidak hilang sama sekali, semua tergantung apakah aku membuka hatiku atau tidak terhadap alam semesta.

“Berseminya bunga mekar tiada suatu keceriaan, Berbuahnya pohon perdu tiada suatu kebahagiaan, Hanya sepi, sunyi dan hanya gelap gulita,

Semua kiasan itu tiada arti sama sekali,

Berjalan dilorong yang gelap, hanya melihat sedikit cahaya,

Berjalan diterang benderang, tidak ada titik kegelapan,

Kemanakah harus memilih, semu atau nyata? kelihatan atau tidak? Hanya orang yang bijak yang mengetahui pilihannya.”


o0o



Sumber tulisan: Buku Dharmaduta  Vihara Sukhavati Prajna, kisah no. 13


Senin, 03 Juni 2019

Undangan untuk Terlahir di Tanah Suci Sukhavati



Buddha Amitabha mengikrarkan 48 tekad agung, dengan 48 tekad agung menjemput semua makhluk meskipun bagi yang menciptakan karma buruk, dapat membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, terlahir di tanah suci tingkatan terendah, yakni tanah suci tempat kediaman orang awam dan insan suci.


Alam saha ini meskipun juga merupakan tempat kediaman orang awam dan insan suci, namun bukanlah tanah suci, tetapi adalah tanah keruh. Sedangkan tempat kediaman orang awam dan insan suci di Alam Sukhavati barulah merupakan Tanah Suci.

Tanah Suci di Alam Sukhavati, dari mana asalnya? Yakni dari pemberkatan kewibawaan tekad agung Buddha Amitabha, terwujud dari jasa kebajikan Buddha Amitabha selama kalpa yang tak terhingga.

Buddha Amitabha senantiasa mempertimbangkan segala apa yang terbaik buat diri kita, asalkan kita yakin padaNya, yakin bahwa Alam Sukhavati adalah nyata adanya, maka anda telah memenuhi syarat untuk terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.

Tak peduli apakah ketrampilan melatih diri yang dimiliki itu dalam atau dangkal, bukanlah masalah, meskipun sampai pada sehela nafas terakhir, asalkan masih sempat melafal sepatah Amituofo, maka itu Pintu Dharma ini memberikan keleluasaan yang sedemikian luasnya, tiada lagi pintu Dharma lainnya yang sebanding dengannya.

Sesampainya di Alam Sukhavati, guru yang akan mengajarimu hanyalah satu saja yakni Buddha Amitabha, dimanapun anda berada, anda akan merasakan bahwa Buddha Amitabha langsung mengajarimu seorang.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 20 Oktober 2016



阿彌陀佛曾經發過四十八願,四十八願,接引這些造作罪業的眾生,帶業往生淨土,生到極樂世界凡聖同居淨土。我們這個地方,六道是凡聖同居穢土,不是淨土。極樂世界的同居土,它是淨土,它不是穢土,跟我們完全不一樣。它的淨從哪裡來的?阿彌陀佛本願威神加持的,與我們修行不相干。同時,阿彌陀佛無量劫功德的成就,莊嚴極樂世界,這是我們修淨土的人不能不知道、不能不感恩。

阿彌陀佛,方方面面都替我們想到了,只要我們相信這個世界真有,相信極樂世界真有阿彌陀佛,你就具足往生極樂世界的條件。念佛功夫淺深沒關係,甚至於臨命終時,這一口氣還沒斷,最後這口氣念的是阿彌陀佛,都能往生,方便到究竟處,沒有比這個更方便。在極樂世界誰教你?告訴你,極樂世界老師只有一個人,一個老師,阿彌陀佛。怎麼個教法?給諸位說,個別教法,你在那個地方所感覺到的,阿彌陀佛只對我一個人講。

文摘恭錄 — 淨土大經科註(第四回)  (第三八三集)  2016/10/20

Sabtu, 11 Mei 2019

Bercita-cita Untuk Terlahir ke Tanah Suci Sukhavati



Ketika usiaku masih muda, sutra yang paling kukagumi adalah “Avatamsaka Sutra”, “Surangama Sutra”, “Sutra Lotus”, serta sutra dan sastra besar, setelah belajar selama 30 tahun, apakah saya mencapai pencerahan? Tidak ada. Apakah saya mencapai samadhi? Juga tidak ada. Apakah saya memiliki keyakinan bisa keluar dari roda samsara? Tidak yakin.

Suatu kali ketika sedang memberi ceramah “Avatamsaka Sutra” bagian terakhir, membaca bahwa Bodhisattva Manjusri dan Bodhisattva Samantabhadra membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, belajar pada Buddha Amitabha, sampai di sini saya begitu tercengang, bayangkan saja, Bodhisattva Samantabhadra adalah teladanku, sosok yang paling kukagumi, tak disangka Beliau juga melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, barulah bisa meraih keberhasilan! 

Ini memberi petunjuk yang besar pada diriku, kami berpikir, apakah kami bisa sebanding dengan Bodhisattva Manjusri dan Bodhisattva Samantabhadra? Mereka adalah Maha Bodhisattva, Mereka saja memilih Pintu Dharma Pelafalan Amituofo, apakah pilihan Mereka akan salah?

Sejak itu saya melepaskan seluruh sutra dan sastra besar, dimulai dari ketika berusia 85 tahun, saya menfokuskan diri memberi ceramah “Sutra Usia Tanpa Batas”, menfokuskan diri melatih Pintu Dharma Tanah Suci. Tujuanku hanya satu yakni terlahir ke Alam Sukhavati, mengikuti jejak Bodhisattva Manjusri dan Bodhisattva Samantabhadra yang telah terlahir ke Alam Sukhavati, saya telah memilih jalan yang sama dengan Mereka, dan Jalan ini merupakan jalan yang penuh kepastian. Sungguh bersukacita!

Dari mana datangnya sukacita tersebut? Dari keyakinan hati yang penuh kepastian, asalkan membangkitkan keyakinan dan tekad melafal Amituofo pasti berhasil terlahir ke Alam Sukhavati. Begitu mudah, begitu praktis, kalau tidak sudi melakukannya, maka cuma cari masalah sendiri.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 1 Oktober 2016

我年輕的時候,心裡頭最羨慕的,《華嚴》、《楞嚴》、《法華》,大經大論,學了三十年有沒有開悟?沒開悟,有沒有得三昧?沒得三昧,生死有沒有把握?沒把握。《華嚴經》講到最後,看到文殊、普賢發願往生極樂世界,親近阿彌陀佛,我看到這段經文寒毛直豎,流汗,文殊、普賢是我們年輕人的榜樣,心目當中最仰慕的人,沒有想到他還是念佛往生極樂世界才成就的!這給我們很大的啟示,我們想想,我們跟文殊普賢怎麼比?他今天選的法門,難道還會選錯嗎?所以我把大經大論都丟掉了,都放下了,八十五歲開始,專講《無量壽經》,就講這個本子,專修這個法門。目的是什麼?目的是求生極樂世界,追隨文殊菩薩、普賢菩薩,我跟他走一條路,這個路有把握能走得通,歡喜!歡喜從哪裡來的?有把握,只要信願持名就決定得生。這麼容易,這麼簡單,再不幹,自己找自己麻煩,錯了。

文摘恭錄 — 二O一四淨土大經科註  (第三七四集)  2016/10/1



tulisan diatas dicopas dari: https://www.facebook.com/groups/negeriteratai/permalink/449025518996572/


Rabu, 06 Maret 2019

Alam Sukhavati Adalah Yang Terunggul

Gambar mungkin berisi: 2 orang


Di tempat mana Ajaran Buddha berkembang maka tempat tersebut memiliki berkah. Tempat yang paling berjaya adalah Alam Sukhavati. Bagaimana kita bisa mengetahui Alam Sukhavati merupakan tempat yang paling berjaya? Para Buddha di sepuluh penjuru serentak memujinya, hal ini tercantum di dalam “Amitabha Sutra” kita melihat bahwa para Buddha di enam penjuru serentak memberi pujian dan di dalam “Sutra Usia Tanpa Batas” kita melihat bahwa para Buddha di sepuluh penjuru serentak memberi pujian.

“Sutra Intan” menyebutkan bahwa “Para Buddha Tathagata berkata dengan sejujurnya dan tidak berdusta”, bolehkah anda tidak percaya? Maka itu tidak yakin pada Buddha, ini dikarenakan rintangan karma terlampau berat.

Kita harus jelas bahwa keyakinan kita tidak tahan uji. Begitu ketenaran dan keuntungan, lima nafsu keinginan (harta, rupa, ketenaran, makanan, tidur) dan enam objek (rupa, suara, bau-bauan, rasa, sentuhan, bentuk-bentuk pikiran) hadir di depan mata, keyakinannya langsung goyah, Buddha pun dilupakannya, ini bukanlah keyakinan benar.

Dari mana keyakinan benar berasal? Bagi orang awam umumnya harus membangun keyakinan hati dari belajar ajaran sutra. Hanya dengan belajar ajaran sutra, perlahan-lahan dapat memahami kebenaran dari alam semesta dan kehidupan manusia, setelah memahaminya barulah sanggup melepaskan kemelekatan.

Dengan demikian barulah dapat membangkitkan keyakinan benar, apa alasannya? Oleh karena anda mengamalkannya dengan serius. Kita melihat isi Tripitaka begitu tebal, apakah saya sanggup membacanya sampai habis?

Saya pernah berdiskusi dengan banyak praktisi pemula, ketika menyinggung hal di atas, mereka menggelengkan kepala, mustahil dapat membaca keseluruhan isi Tripitaka.

Maka itu dari sekian banyak sutra Buddha, kita pilih satu judul saja sudah cukup, mendalaminya hingga menemukan kembali jiwa sejati.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 13 Juli 2010

我們要肯定,有佛法的地方是有福的。佛法最盛的地方是極樂世界。怎麼知道它最盛?十方諸佛都讚歎,我們在《彌陀經》上看到六方佛讚歎,在《無量壽經》上看到十方佛讚歎。佛所說的話決定不會是妄語,決定不會是綺語,《金剛經》上說的,「諸佛如來是真語者,實語者,不誑語者,不妄語者」,你能不信嗎?所以不信佛,這個業障很重。我們自己要清楚,我們信佛,我們這個信,古人講的露水道心,禁不起考驗的。名聞利養、五欲六塵現前,他就不信,佛就忘掉了,這不是真信。真信從哪裡來?我們一般普通的人,不是上根利智,一般普通的人,我們的信心要靠經教來建立。只有通過學習經教,慢慢的把宇宙人生這些真相,佛家講的性相理事因果,搞清楚、搞明白了,你就真放下。那個時候叫真信,為什麼?你真幹了。我們看到佛家《大藏經》那麼多,我這一生能念得完嗎?我接觸過很多初學的人,談到這個地方,他就搖頭,我做不到。我們如何幫助他?幫助他要有智慧,還得有經驗。我們學了這麼多年,半個世紀多了,知道一即一切、一切即一,佛教這麼多經典,任何一部就行了。找一部簡單的,文字少的,一部經,一部經就能幫助你明心見性。那介紹哪一部?你得要觀機,眾生根性不相同。一般普通的人,能普遍契大眾機的。
文摘恭錄 — 淨土大經解演義  (第七十八集)  2010/7/13

dicopas dari status: https://www.facebook.com/tekadagung/photos/a.1121355018027864/1141828492647183/?type=3&theater

Rabu, 12 Desember 2018

KEISTIMEWAAN ALAM SUKHAVATI




Alam Sukhavati memiliki fenomena yang sungguh istimewa, keistimewaan ini tidak dimiliki oleh Alam Buddha lainnya, meskipun di Alam Sukhavati masih ada "Empat Tingkatan Tanah Suci", namun semua tingkatan tersebut memperoleh perlakuan yang setara. Sedangkan di Alam Buddha lainnya pada tingkatan berbeda maka perlakuan yang diperoleh juga tidak serupa, tidak sama, perbedaanya sangat besar.

Di Alam Sukhavati Empat Tingkatan Tanah Suci mendapat perlakuan setara, mengapa demikian? Buddha Amitabha bermaitri karuna, pemberkatan dari 48 tekadNya, setiap praktisi yang terlahir ke Alam Sukhavati (tak perduli sejauh mana keterampilan melafal Amituofo yang anda miliki) sesampainya di Alam Sukhavati, semuanya menjadi Bodhisattva Avaivartika.
Avaivartika adalah Bodhisattva Dharmakaya (calon Buddha). Maka itu mengapa pintu Dharma ini disebut sebagai Dharma yang sulit dipercaya.

Hal begini tidak ada disebutkan di dalam semua sutra lainnya, hanya ada di dalam sutra ini (Sutra Usia Tanpa Batas) saja, maka itu pintu Dharma ini disebut sebagai Dharma yang sulit dipercaya. Untuk terlahir di Alam Sukhavati amatlah gampang, siapa saja dapat terlahir di sana, mengapa demikian? Oleh karena anda sendiri sejak semula adalah Buddha.

Dengan melatih pintu Dharma ini maka memperoleh pemberkatan dari tekad Buddha Amitabha, membantu dirimu agar cepat meraih keberhasilan, maka itu kemana lagi harus mencari pintu Dharma serupa ini



::: Kutipan Ceramah Master Chin Kung 27 Juli 2015 :::

Disadur dari Teratai Mustika.