Minggu, 31 Desember 2017

PERTAMA KALI BERCERAMAH DHARMA (Ultah Buddha Amitabha)



Ulang tahun Buddha Amitabha tahun ini aku diminta untuk menjalankan api homa oleh Guru sejatiku, dengan Buddha Amitabha sebagai adinata api homa. Upacara ini akan diadakan pada hari minggu, tanggal 26 Desember 2010. Dan pada upacara itu aku diharuskan mengunakan Mahkota Panca Dhyani Buddha dan berceramah dharma.

Aku begitu cemas memikirkan hal ini, aku merasa tidak percaya diri dan tidak berani untuk melakukannya. Tapi Panca Dhyani Buddha, yang terdiri dari Vairocana  Buddha, Aksobhya Buddha, Amoghasidi Buddha, Amitabha Buddha dan Ratnasambava Buddha datang memberkatiku dengan memancarkan sinar 5 warna kepadaku. Mereka telah memberi restu padaku untuk mengenakan Mahkota Panca Dhyani Buddha itu.

Walau Vajrasattva Bodhisatva telah menganugrahkannya padaku, dan Buddha Sakyamuni telah memberikan gelar Vajra Acharya aku tetap cemas. Aku berpikir apakah aku pantas mendapatkan semua ini. Dan apakah aku bisa menjalankan kehendak Buddha-Bodhisattva untuk berceramah dharma, sedangkan aku tidak pandai berbicara didepan orang banyak, dan tidak ada pengalaman berceramah apapun. Hal ini membuat aku begitu kuatir.

Tapi Guru sejatiku berpesan agar saat homa berlangsung harus mengabadikan setiap momentnya dan tidak melewatkan sedetikpun, karena akan banyak Buddha- Bodhisattva, Dharmapala, Dewa dan Dakini yang akan hadir memberkati.

Ksitigarbha Bodhisattva juga datang memberi petunjuk beberapa hari sebelum homa diadakan, dia meminta agar disaat itu juga melakukan penyebrangan roh. Karena ini adalah homa Buddha Amitabha, jadi tidak perlu membaca Sutra Ksitigarbha dan hanya membakar Kertas Mantera darinya saja.

Melihat reaksi dari para Buddha-Bodhisattva seperti itu, aku berusaha menguatkan hati dan tetap menjalani petunjuk yang diberikan, dan mulai menyusun kata-kata untuk ceramah nanti.

Aku mencoba mengetik naskah ceramah dengan harapan bisa menghafalnya, tapi kata- kata yang kupersiapkan sama sekali tidak bisa masuk kedalam otakku, aku tidak bisa menghafalnya dan rasanya tidak lucu jika ceramah dharma harus melihat teks. Sampai besoknya upacara homa diadakan aku tetap tidak bisa mengingat satu katapun, Aku benar-benar putus asa.

Akhirnya pada malam hari sebelum homa diadakan, aku menghadap para Buddha- Bodhisattva dan mengutarakan keterbatasanku itu, aku benar-benar tidak bisa berceramah dharma. Dan memohon pertolongan Mereka. Saat meditasi didepan altar utama aku merasakan kekuatan besar hadir dan membimbingku.

Gerakan rohku berbeda hari ini, aku merasakan kepala belakangku berdenyut-denyut, setelah itu badanku berputar-putar, seiring dengan berputarnya tubuhku dalam hati aku berbicara sendiri dan mengucapkan kalimat-kalimat dharma yang akan aku bawakan besok.

Aku sungguh tak habis pikir, dengan mudahnya bisa mengingat kalimat dharma yang aku tulis sebelumnya. Dari awal sampai selesai kalimat-kalimat meluncur dalam hatiku begitu teratur.

Setelah hatiku berceramah dharma, Guru sejatiku datang dan memberitahu bahwa aku tidak perlu takut dan cemas dengan homa besok, aku akan bisa berceramah dharma dengan sendirinya, Buddha-Bodhisattva telah membantuku membuat otakku mengingat apa yang akan aku ucapkan nanti, dan aku tak perlu takut mengenakan Mahkota Panca Dhyani Buddha karena aku telah menjadi Vajra Acharya dan Buddha Sakyamuni sendiri yang telah memberikan gelar itu, jadi sudah diakui oleh Buddha- Bodhisattva. Mendengar Guru sejatiku memberikan motivasi aku kembali tenang, Dia juga berpesan agar setelah homa selesai aku harus masuk kedalam meditasi.

Besoknya upacara api homa Buddha Amitabha dilangsungkan, banyak yang hadir mengikuti upacara ini. Aku menguatkan hatiku dan berusaha tidak bergeming, dengan menggunakan Mahkota Panca Dhyani Buddha aku memimpin homa hari ini, Vajrasattva Bodhisattva sudah berpesan agar mengunakan Tongkat Vajra untuk mengetuk 4 sisi tungku homa agar tungku homa dilindungi empat Raja Langit. Tungku homa dipasang tepat didepan cetya.

Saat homa dimulai aku membentuk mudra-mudra untuk berkomunikasi dengan Buddha-Bodhisattva, Dharmapala dan yang lainnya. Pada awal dan pertengahan mudra kekuatan roh dalam diriku tidak terlalu kuat, tapi pada saat mudra penutup, aku merasakan kekuatan besar datang menghampiriku dan menyatu denganku.

Aku tahu, Dewi Kwan Im, Hevajra, Yamantaka, Kalacakra, Acalanantha datang. Karena kami telah menyatu, pada saat itu langit yang terang benderang dengan segera turun hujan rintik, lalu terdengar gemuruh dilangit, aku benar-benar merasakan kehadiran mereka semua. Saat itu pula kamera mengabadikan moment itu sesuai petunjuk Guru sejatiku.

Setelah seluruh bahan dipersembahkan, aku duduk bermeditasi. Terlihat Burung Hong berwarna emas dan agak besar melesat dihadapanku dan masuk kedalam diriku melalui cakra dahi, dan secara spontan pula rohku keluar dari tubuh dengan bermahkotakan Burung Hong, memegang Toya Mas berkepala Burung Hong ditangan kiri dan Vajra ditangan kanan. Lalu turun Buddha Amitabha, Dewi Kwan Im, Mahastamaprapta Bodhisattva dan memancarkan sinar putih. Buddha Amitabha datang menghampiriku dan membimbing aku naik keatas Padmasana (singgasana teratai), aku duduk diatas Padmasana itu. dan Buddha Amitabha berkata;

“Desi... kau telah kembali kepada jati dirimu, tubuh dharmakayamu telah muncul dan aktif, kau akan bisa menolong umat manusia disegala penjuru, baik yang berlainan pulau ataupun berlainan negara, karena tubuh dharmakayamu akan bisa datang menolong mereka yang percaya kepadamu. Kau telah sama dengan Bodhisattva, jalankanlah tugas dan misimu dengan baik, Aku akan selalu memberkatimu.”


Setelah berkata itu, mereka semua pergi dan tubuh dharmakayaku kembali kedalam tubuh jasmaniku, aku merasa terharu dan bahagia. (SUN: membaca sampai sini saya juga ikut merasa terharu)

Setelah pujabakti ditutup, saatnya aku mulai ceramah dharma, awalnya aku agak tegang, tapi kata-kata dalam hatiku semalam meluncur begitu saja dari mulutku, satu persatu kalimat aku ucapkan dengan bersemangat dan tak terasa aku telah selesai berceramah.


Aku bersyukur dan lega, aku berpikir tidak bisa melakukannya, atas pertolongan dan bimbingan Buddha-Bodhisattva aku bisa melakukannya dengan sempurna. Itulah kekuatan Buddha-Bodhisattva yang tidak terhingga, segala hal baik yang terkecil sampai yang terbesar sekalipun, mereka akan memberikan bimbingan dan tidak membiarkan aku tidak berdaya dengan keterbatasanku. Yakin kepada Mereka maka segalanya akan berjalan dengan baik dan sempurna.



*Dikutip dari buku ke-2 (Sang Juru Selamat), kisah ke-32, oleh Shangse Sukhavatiprajna Cakravartin dari Vihara Sukhavatiprajna