Selasa, 12 Desember 2017

KESEMPATAN HIDUP SANGAT BERHARGA



Dulu saat aku belum berjodoh dengan Buddha Dharma, sempat mengalami dua kejadian yang hampir merengut nyawa, saat ini baru menyadari bahwa tubuh Sambhogakaya dari Buddha Amitabha yang datang menolong, padahal waktu itu belum mengenal ajaran beliau, mungkin karna karma jodoh masa lampau sehingga beliau berkenan menolong.
Kejadian pertama, saat aku baru melahirkan anak pertama, aku mengalami pendarahan hebat sampai kehabisan darah dan pandangan mata sudah gelap gulita. Aku dilarikan ke rumah bersalin tempat aku melahirkan, sepanjang perjalanan dan setiba di sana aku tak bisa melihat apapun dan melakukan apapun, tubuhku lemas tidak bertenaga tapi aku merasa tubuhku digotong naik ke atas ranjang rumah sakit, suster mencari2 urat nadi dilenganku untuk memasang jarum infus tapi tidak juga ketemu nadinya karena sudah pucat, lebih dari 10 x lenganku ditusuk tapi selalu gagal masuk ke nadi. Kudengar suamiku memanggil2 namaku tapi aku tak mampu untuk menjawabnya. Kupikir ini adalah akhir hidupku harus mengalami kematian diusia 26 tahun.
Pada saat itu tiba2 saja pandangan mataku yang gelap muncul sinar putih kecil yang semakin lama semakin besar menyilaukan mataku. Tiba2 saja aku bisa melihat keadaan sekitar yang sedang sibuk, entah kekuatan dari mana datangnya aku bisa bangun dan terduduk, seorang suster bertanya apakah aku baik saja dan berkata apakah aku bisa pindah ke ranjang tindakan, aku tak menjawab pertanyaannya tapi aku mengikuti perkataannya turun dari ranjang, disaat aku berdiri gumpalan darah bercampur darah segar keluar sangat banyak, tapi anehnya aku tidak lemas seperti sebelumnya, bisa berjalan, naik dan berbaring di ranjang tindakan.

Beberapa suster kembali menusuk lenganku untuk memasang jarum infus, sempat beberapa kali gagal tapi pada akhirnya nadi bisa ditemukan dan infus bisa terpasang. Aku terselamatkan berkat Sambhogakaya Buddha Amitabha.

Kejadian kedua, sekitar 4 tahun kemudian, saat aku berlibur di suatu pulau, karena melihat pantai di laut tersebut pemandangannya indah dan airnya tenang, aku berenang dengan gaya punggung, memandang langit yg begitu indah , mendengar suara air, angin dan orang2 dipantai yang sedang tertawa2.
Tanpa terasa aku sudah berenang semakin ke tengah, tiba2 saja aku tidak mendengar apa2 lagi, begitu hening dan sepi, bahkan suara angin dan air saja tidak terdengar. Aku mulai kuatir dan membalikan posisi tubuh sambil mengapung, dikejauhan aku bisa melihat orang2 berlarian di pinggir pantai, tapi kenapa mereka sama sekali tidak melihatku.
Aku segera memutuskan berenang gaya bebas menuju pantai, tapi baru saja hendak mengayuhkan kaki kananku, pergelangan kaki kiriku seperti ada yang memegang dan menarik. Karena satu kakiku dipegang aku tidak bisa berenang dan tengelam berkali2, tidak ada yang melihatku, keberadaanku seperti dibatasi oleh dinding kaca yang kedap suara.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk berenang dan berusaha melepaskan kaki kiriku itu, karena tidak bisa lepas juga, aku sudah kehabisan tenaga, saat itu dalam hati memohon pertolongan dan masih berusaha melepaskan diri dengan tenaga yang tersisa.
Saat tubuhku di dalam air, aku memejamkan mata, pasrah pada nasibku yang harus mengalami mati di laut. Namun tiba2 saja dalam keadaan mata terpejam, aku melihat cahaya putih menghampiriku dan tiba2 entah kenapa sesuatu yang memegang kaki kiriku terlepas dengan sendirinya.
Aku segera mengayuh kakiku berenang gaya bebas secepat mungkin, padahal sudah lemas karena beberapa kali tengelam, seperti mendapat tenaga besar entah dari mana, dan akhirnya aku bisa sampai dipantai dengan selamat berkat pertolongan Samboghakaya Buddha Amitabha.
Mengapa aku memiliki keyakinan yang sangat kuat kalau Buddha Amitabha yang telah menolongku 2x ? Karena 1 tahun kemudian aku mengenal Buddha Dharma, berjodoh dengan Guru Roh Sejati "Avalokitesvara Seribu Tangan Seribu Mata Bodhisattva" yang diutus oleh Buddha Amitabha untuk membimbing, mengetahui tempat roh asal dari Alam Sukhavati dan mendirikan Vihara Sukhavati Prajna, wadah melatih diri sendiri dan insan untuk memutuskan tumimbal lahir, kelak terlahir ke Alam Sukhavati.
Aku sadar bahwa sebelum berjodoh dengan Buddha Dharma, hidupku penuh dengan karma buruk, sehingga harus menjalani nasib hampir mati tanpa memiliki modal kebajikan.
Ini adalah bentuk kewelasasihan Buddha Amitabha kepadaku, beliau memberikan kesempatan hidup agar aku bisa melatih diri, merubah diri, mengkikis karma buruk, menanam kebajikan, berbuat hal positif dan bermanfaat bagi mahkluk lain. Sehingga kelak disaat masa hidupku benar2 berakhir, tiada penyesalan karena kembali terlahir di 6 alam menderita.
Aku percaya ...
setelah kehidupan ini, pasti kembali ke Tanah Suci Sukhavati, Surga Barat Buddha Amitabha dan mencapai pencerahan di sana.
Semoga Tekad menjalankan Misi dan Sumpah Bodhi, tetap kokoh di dalam hati dan tidak pernah mundur mengembangkan dharma.
Terima kasih Buddha Amitabha ...
terima kasih Guru Roh Sejati ...
Sinar Pemberkatan dan Pancaran KasihMu selalu menyertai dan menerangi jalan hidupku ...
Sekarang dan Selama2nya.
Om. Ami Te Wa Sie
Namo Samanto Motonam Wajela Damo Sie
Namo Samanto Motonam Om Turu Turu Tiwei Soha.

Ditulis oleh:  MVA Varita Sukhavati Prajna Cakravartin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar